BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam
organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat
menggerakkan orang/personel kearah tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya pemimpin
yang keberadaannya hanya sebagai figur, tidak memiliki pengaruh,
kepemimpinannya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja organisasi, yang pada
akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.
Semakin
tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seorang dalam organisasi, nilai dan
bobot strategic dari keputusan yang diambil semakin besar. Sebaliknya, semakin
rendah kedudukan seseorang dalam suatu orgnisasi , keputusan yang diambilpun
lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih operasional. Terlepas dari keputusan
yang diambil , apakah pada kategori strategic, taktis, teknis, atau
operasional, semuanya tergolong pada “penentuan arah” dari perjalanan yang
hendak ditempuh oleh organisasi.
Kepemimpinan
begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga rasional apabila keterpurukan
pendidikan salah satunya disebabkan karena kinerja kepemimpinan yang
tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat strategi
pendidikan yuang adaptif terhadap perubahan. Menyadari hal tersebut, setiap
kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan
pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah harus memiliki visi dan
misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorentasi
kepada mutu.
Oleh
sebab itu masa depan ideal lembaga pendidikan sebenarnya sangat ditentukan oleh
eksistensi pemimpinnya.Pemimpin lembaga pendidikan memiliki otoritas dan
bertanggung jawab penuh sesuai jenjang manajerialnya terhadap efektifitas pengelolaan
sekolah.Pemimpin memiliki peran pengambilan keputusan(decision role) yang
sangat kuat dan perlu menjalankannya secara benar dan tepat sasaran ,dengan
peran ini dapat dipastikan perubahan dan perkembangan masa depan
pendidikan menjadi jauh lebih baik.Pada hakekatnya kondisi inilah yang
menjadi harapan masyarakat sebagai user output lembaga pendidikan dan
sudah seharusnya menjadi paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.
Berangkat
dari pembahasan diatas, maka pada kesempatan ini penulis akan memaparkan
makalah dengan judul “KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL.”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas ,penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan
transformasional?
2. Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan transformasional?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian
kepemimpinan transformasional
2. Untuk mengetahui ciri-ciri
kepemimpinan transformasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpian Transformasional.
Kepemimpinan
merupakan sebuah fenomena universal. Siapapun menjalankan tugas-tugan
kepemimpinan, ketika dalam tugas itu dia berinteraksi dengan dan mempengaruhi
orang lain. Bahkan dalam kapasitas pribadipun, didalam tubuh manusia itu ada
kapasitas atau potensi pengendali yang pada intinya memfasilitasi seseorang
untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena
yang kompleks sehingga amat sukar untuk dibuat rumusan yang menyeluruh tentang
arti kepemimpinan. Oleh karenanya, tidak ada satu definisi kepemimpinan pun
dapat dirumuskan secara lengkap untuk mengabstraksikan perilaku social
atau perilaku interaktif manusia didalam organisasi yang memiliki regulasi dan
struktur tertentu , serta misi yang kompleks.
Kepemimpinan
transformasional dibangun dari dua kata,yaitu kepemimpinan (leadership)
dan transformasional (Transformasional).Istilah transformasional berasal dari
kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu
menjadi bentuk lain yang berbeda,misalkan mentranformasikan visi menjadi realita,
atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi aktual. Transformasional karenanya
mengandung makna sifat- sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain,
misalnya mengubah energy potensial menjadi energy actual atau motif berprestasi
menjadi prestasi riil.
Muchlas (2005:46) menyatakan para
pemimpin transformasional adalah mereka yang memberikan pertimbangan
perseorangan dan stimulasi intelektual dan mereka yang memiliki kharisma.
Pemimpin transformasional mungkin berpotensi besar untuk memperbaharui lembaga yang
merosot dan membantu individu menemukan arti dan kegembiraan dalam pekerjaan,
tetapi pemimpin dapat menimbulkan bahaya besar kalau sasaran dan nilainya
bertentangan dengan pendirian dasar lembaga/ organisasi kepemimpinan
transformasional membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada organisasi yang
menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan. Bass dalam Robbin dan Judge
(2009:85) mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin transformasional
memotivasi karyawannya yaitu dengan: mendorong karyawan untuk lebih menyadari
arti penting hasil usaha; mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan
kelompok; meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri
dan aktualisasi diri. Kepemimpinan transformasional menurut Burns (1978) dalam
Maulana (2012:64), didefinisikan sebagai : “leaders
inducing followers to act for certain goals that represent the values and the
motivation-the wants and needs, the aspirations and expectations - of both
leaders and followers". Menurut Burns sebagaimana dikutip Maulana
(2012:64), kepemimpinan
transformasional adalah suatu proses, dimana pemimpin dan pengikutnya berupaya
satu dengan lainnya untuk meningkatkan motivasi dan morality ke tingkatan yang
lebih tinggi lagi. Seorang pemimpin yang transforming selalu berupaya untuk
meningkatkan kesadaran pengikut dengan cara menanamkan semangat yang ideal dan
nilai-nilai moralitas yang tinggi, seperti: persamaan (equality), kemerdekaan
(liberty), keadilan (justice), kemanusiaan (humanitarianism), dan perdamaian
(peace). Pemimpin yang transforming bertindak sebagai seorang guru, aktivator,
inisiator, penggerak (mobilize), dan gemar belajar (learner). Pemimpin tersebut
harus mencari dan mengerti kebutuhan, nilainilai dan aspirasi dari pengikutnya
dan menyatu bersama kehidupan pengikutnya. Pemimpin transforming selalu
terbuka, interaktif, komunikasi, dan dialog dengan pengikutpengikutnya dalam
upaya membangun tujuan yang transformatif. Ada kesepakatan yang timbul dengan
pengikut-pengikut yang didasarkan pada nilai, tujuan, dan keyakinan bersama (shared values, purposes, dan beliefs).
Berkaitan
dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood dan kawan-kawan menulis,
“Transformasional leadership is seen to be sensitive to organization building,
developing shared vision, distributing leadership and building school culture
necessary to current restructuring efforts in schools”.Kutipan ini menggariskan
menggariskan bahwa kepemimpina transformasional menggiring SDM yang
dipimpin kearah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan
organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan
kepemimpinan , dan pembangunan kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan
dalam skema restrukturisasi sekolah.
Teori
transformasional sering disebut sebagai teori-teori relasional
kepemimpinan (relational theories of leadership).Teori ini berfokus pada
hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi
dan mengilhami atau menginspirasi orang dengan membantu anggota kelompok
memahami potensinya untuk kemudian di transformasikan menjadi perilaku
nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam
kebersamaan.Pemimpin transformasional terfokus pada kinerja anggota
kelompok,tapi juga ingin setiap orang untuk memenuhi potensinya.Pemimpin transformasional
biasanya memiliki etika yang tinggi dan standart moral.
Kepemimpinan
transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan penghargaan diri,
tetapi menumbuhkan kesadaran para pemimpin untuk berbuat yang terbaik ssuai
dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,
kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Bass (1985) dalam Maulana (2012:65)
misalnya mengoperasikan teori kepemimpinan transformasional dari Burn.
Kepemimpinan transformasional terdiri atas empat faktor, yaitu : charisma,
individual consideration, inspiration, dan intellectualstimulation.
Kepemimpinan transformasional menggunakan keempat faktor tersebut untuk
mempengaruhi pengikut agar berpikir lebih tinggi dari kebutuhannya sendiri, dan
selanjutnya berubah ke suatu kultur untuk mendapatkan upaya dengan tingkatan
yang sangat tinggi, kepuasan yang tinggi dan terakhir adalah kinerja lebih dari
yang diharapkan
Pemimpin
transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan
berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi
dimasa datang. Oleh karena itu’pemimpin transformasional adalah pemimpin yang
dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner.
Pemimpin
dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi
kedepan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu
mentransformasi perubahan tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan
memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk
kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid membawa
perubahan dalam etos kerja dan kinerja manajemen berani, bertanggung jawab
memimpin serta mengendalikan organisasi.menyimpulkan esensi kepemimpinan
transformasional adalah memberdayakan para pengikutnya untuk berkinerja secara
efektif dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai
baru,mengembangkan keterampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Suyanto menyatakan
bahwa kepemimpinan yang taransformasional yang memotivasi bawahan mereka untuk
“berkinerja diatas dan melebihi panggilan tugasnya”.
Dengan
demikian kepemimpinan transformasioanl adalah kepemimpinan yang mampu
menciptakan perubahan yang mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai agama,
sistem dan budaya untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas pengikutnya dalam
rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.
B.
Ciri
– ciri Kepemimpinan Tranformasional
Kepemimpinan
transformasional merupakan jenis kepemimpinan yang menekankan pentingnya sistem
nilai untuk meningkatkan kesadaran pengikut tentang masalahasalah etis,
memobilisasi energy dan sumber daya untuk mereformasi institusi. Pemimpin yang
transformasional mampu menggerakkan pengikut untuk terlibat aktif dalam proses
perubahan.Oleh karena itu pemimpin transformasional biasanya memiliki
kepribadian yang kuat sehingga mampu membangun ikatan emoisional pengikut untuk
mewujudkan tujuan ideal institusi. Pemimpin transformasional membangun
loyalitas dan ikatan emosional pengikut atas dasar kepentingan dan sistem nilai
ideal yang diyakini strategis untuk kepentingan jangka panjang.
Ciri
pemimpin transformasional :
a.
Mampu
mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b.
Mendorong
pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan tim/organisasi.
c.
Mendorong
untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
d.
Proses
untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan
memberikan kepercayaan kepada pengikut untuk mencapai sasaran.
Perilaku
pemimpin transformasional antara lain :
a.
Pengaruh
ideal.
Dalam
hal ini pemimpin membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap
visi organisasi.
b.
Stimulasi
Intelektual.
Upaya
pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan
organisasional dengan sudut pandang yang baru.
c.
Pertimbangan
individual.
Bentuk
perhatian, dukungan dan pengembangan bagi pengikut.
Cunningham
dan Cordeiro menyebutkan tiga hal fundamental terkait makna penerapan
kepemimpinan transformasional :
1.
Membantu
para anggota staf untuk mengembangkan dan memelihara budaya kerjasama (kolaborasi).
2.
Budaya
professional
3.
Membantu
mempercepat pengembangan dan membantu para tenaga pendidik untuk memecahkan
masalah lebih efektif. Pemikiran ini menjadi sangat penting jika kita melihat
fakta rendahnya kualitas pendidikan yang berdampak langsung pada kualitas SDM
di Indonesia selama ini.
.
Cunningham
dan Cordeiro menyebutkan 4 hal penting yang perlu mendapat perhatian
pemimpin untuk mewujudkan tujuan institusional secara efektif yaitu :
1) Membuat visi
Untuk
membuat visi yang ideal, menarik dan dapat dicapai, pemimpin perlu mengkaji
data dan informasi institusi pendidikan yang tersedia dan mempelajari kebutuhan
lingkungan internal dan trend perkembangan lingkungan eksternal.
2) Merumuskan visi
Untuk
mendapatkan visi yang benar-benar ideal pemimpin mengkaji kembali kekuatan dan
kelemahan internal institusi serta mempridiksi kemungkinan masa depan yang
ideal yang bisa dicapai dalam kurun waktu antara 5-10 tahun.
3) Mengkomunikasikan visi
Visi
pada dasarnya adalah konsep impian masa depan yang penuh makna bahkan
misteri.Oleh karena itu visi harus disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
bekepentingan(stake holder) institusi pendidikan.Hal ini dimaksudkan
supaya pesan-pesan inti yang terkandung didalamnya dapat dipahami dan
dirasakan sebagai kebutuhan bersama serta menjadi symbol kebanggaan dalam
menggerakkan roda institusi.
4) Deployment.
Deployment
dapat diartikan sebagai bentuk upaya menerjemahkan dan menyebarluaskan visi
kedalam realita dengan cara membangun budaya kerja yang kondusif. Deployment
dalam konteks ini juga dapat berarti mencegah kecenderungan penyebaran
perkembangan kearah yang tidak diinginkan.
Implementasi
model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan memang
perlu diterapkan seperti kepala sekolah, kepala dinas, dirjen, kepala
departemen dan lain-lain. Model kepemimpinan ini memang perlu
diterapkan sebagai salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama
dalam bidang pendidikan. Adapun alasan-alasan mengapa perlu diterapkan model
kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi yaitu :
a) Secara signifikan meningkatkan
kinerja organisasi.
b) Secara positif dihubungkan
dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.
c) Membangkitkan komitmen yang lebih
tinggi para anggtotanya terhadap organisasi.
d) Meningkatkan kepercayaan pekerja
dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
e) Meningkatkan kepuasan pekerja
melalui pekerjaan dan pemimpin.
f) Mengurangi stress para pekerja dan
meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi
model kepemimpinan transformasional dalam organisasi pendidikan perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Mengacu
pada nilai nilai agama yang ada dalam organisasi/instansi khususnya
sekolah-sekolah.
2.
Disesuaikan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem sekolahtersebut.
3.
Menggali
budaya yang ada dalam sekolah tersebut.
4.
Karena
sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem
yang lebih besar yang ada diatasnya seperti sistem Negara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan perubahan yang
mendasar dan dilandasi oleh nilai-nilai agama, sistem dan budaya untuk
menciptakan inovasi dan kreativitas pengikutnya dalam rangka mencapai visi yang
telah ditetapkan.
Model
kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio menyangkut empat
dimensi dengan konsep 4I yaitu idealized influence, inspirational
motivation,intellectual simulation dan individualized consideration.
Ciri-ciri
pemimpin transformasional :
1. Mampu mendorong pengikut untuk
menyadari pentingnya hasil pekerjaan
2. Mendorong pengikut untuk
mendahulukan kepentingan tim/organisasi
3. Mendorong untuk mencapai kebutuhan
yang lebih tinggi
4. Gaya kepemimpinan transformasional
akan menjadi instrument utama pembangkitan spirit kerja tenaga pengembang,
staf, dan tenaga lainnya, berikutefeknya terhadap perbaikan kultur organisasi
sekolah dan peningkatan mutu kinerja akademik lembaga.
B.
Saran
Bagi kepala sekolah : Seharusnya
kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan transformational yaitu
kepemimpinan yang mampu memotivasi pengikut untuk secara lebih dari yang
ada sekarang mewujudkan minat pribadinya secara segera (transcend their own
immediate self interest) guna bersama-sama menerjemahkan misi dan visi
organisasinya dan mampu mengubah energy sumber daya, baik manusia, instrument,
maupun situasi untuk mencapai tujuan reformasi sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Muchlas, M. (2005). Perilaku
Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bass, B., Riggio, and Ronald, E.
(2006). Transformasional Leadership. New Jersey: Lawrence Erlbawn Associates.
Burns, J. (1978). Leadership. New
York: Harper.
Robbins, S. P., and Judge, M.
(2009). Organizational Behavior. New Jersey:Prentice Hall Int'l, Inc.
Luthans, F. (2002). Organizations
Behavior. New York:McGraw Hill International: John E. Biernat. Maulana, A. E.
(2012). Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan. Jakarta:
PT. Multicerdas Publishing
0 komentar:
Posting Komentar